RUH DAN JIWA

Ruh berasal dari alam arwah dan memerintah dan menggunakan jasad sebagai alatnya. Sedangkan jasad berasal dari alam ciptaan, yang dijadikan dari unsur materi. Tetapi para ahli sufi membedakan ruh dan jiwa. Ruh berasal dari tabiat Ilahi dan cenderung kembali ke asal semula.

Senin, 16 Februari 2015

MASALAH TAHU GHAIB

Ada dua orang bersahabat baik. Yang satu dari kalangan NU (sebut saja Nadim namanya), dan yang lain Muhammadiyah (sebut saja Haikal). Nadim bertanya, "Apakah ada orang tahu hal ghaib ?".  Haikal yang Muhammadiyah spontan menjawab, "Tidak ada, bukankah Allah telah berfirman dlm Al-Quran bahwa tdk ada yang tahu hal ghaib itu kecuali Allah, kok masih dipermasalahkan".

Si Nadim yang NU itu berkata, "Menurut saya ada, kalau tdk percaya ayo kita pergi ke guru saya, beliau tahu hal ghaib" , sanggahnya mantap. Keduanya kemudian sepakat sowan ke guru yg dimaksud (sebut saja KH. Ahmad Abd.  Hakim). Mereka berdua sampai di rumah beliau pd siang hari di terik matahari yg panas. Begitu mengucapkan salam ternyata yang keluar dan menjawab salam mereka berdua adalah pembantu beliau. "Silahkan duduk, tunggu sebentar pak", kata seorang pembantu santri dengan ramah.

Si Haikal yg Muhammadiyah berkata kepada temannya sambil menunggu keluarnya Si Kiai, "Panas ya, kalau ada air zamzam, wah nikmat sekali bisa hilang haus ini".  Baru saja kata itu terucap, tiba-tiba pembantu tadi muncul membawa seceret kendi kecil berisi air zamzam. "Niiih lihat kalau seorang wali seperti saya, baru ngomong, eee langsung muncul", kata si Haikal sambil bergurau. Nadim menjawab, " Kita lapar, sdh siang, saya ingin pisang yg besar-besar,  utk mengganjel lapar kita. Kalo cuma air tak mengenyangkan". Tiba-tiba muncul sang pembantu membawa setandan pisang yg besar-besar. "Tuuuu siapa yg lebih wali, saya atau kamu ?, kamu cuma air, kalau saya makanan", kata si Nadim.

Sehabis mereka makan pisang dan minum air zamzam, KH. Ahmad Abd Hakim keluar dan berdiri di depan pintunya, "Sudah kalian sana pulang, tidak ada orang tahu hal ghaib", jawabnya mantap dan langsung kembali masuk lagi ke rumahnya.

Haikal yg Muhammadiyah berkata, "Kamu dengar kata gurumu itu, betul 'kan kata saya, tidak ada orang tahu ghaib",  Nadim yang NU menjawab, "Ya, tapi mengapa beliau bisa menjawab masalah kita, bukankah beliau belum bertanya, tahu-tahu muncul dan bersamaan dg itu menjawab pertanyaan kita, kemudian masuk lagi, itu pertanda bahwa dia tahu yg ghaib". Haikal sadar, "Iya ya...."

Lalu.....................???................!!!..............???

- Bagaimana kesimpulan kamu tentang CATATAN diatas ?
- Saya sengaja tdk mengintervensi dgn kesimpulan agar setiap kita menyimpulkan sendiri.
- krn telinga, tangan dan lidahnya disetir Allah. Dianya sih tdk tahu.

Sumber : diambil dari Catatan fb Pak Kiai Syarqawi

Selasa, 21 April 2009

99 Names of Allah :

Al-Asmaaul Husna
Prophet Muhammad (peace be upon him) said: 'To God belongs 99 names, 100 minus 1, anyone who memorizes them will enter Paradise; He (God) is odd (odd number, he is the

Arabic English Translation
1 Allah (الله) The Greatest Name
2 Ar-Rahman (الرحمن) The All-Compassionate
3 Ar-Rahim (الرحيم) The All-Merciful
4 Al-Malik (الملك) The Absolute Ruler
5 Al-Quddus (القدوس) The Pure One
6 As-Salam (السلام) The Source of Peace
7 Al-Mumin (المؤمن) The Inspirer of Faith
8 Al-Muhaymin (المهيمن) The Guardian
9 Al-Aziz (العزيز) The Victorious
10 Al-Jabbar (الجبار) The Compeller
11 Al-Mutakabbir (المتكبر) The Greatest
12 Al-Khaliq (الخالق) The Creator
13 Al-Bari (البارئ) The Maker of Order
14 Al-Musawwir (المصور) The Shaper of Beauty
15 Al-Ghaffar (الغفار) The Forgiving
16 Al-Qahhar (القهار) The Subduer
17 Al-Wahhab (الوهاب) The Giver of All
18 Ar-Razzaq (الرزاق) The Sustainer
19 Al-Fattah (الفتاح) The Opener
20 Al-`Alim (العليم) The Knower of All
21 Al-Qabid (القابض) The Constrictor
22 Al-Basit (الباسط) The Reliever
23 Al-Khafid (الخافض) The Abaser
24 Ar-Rafi (الرافع) The Exalter
25 Al-Muizz (المعز) The Bestower of Honors
26 Al-Mudhill (المذل) The Humiliator
27 As-Sami (السميع) The Hearer of All
28 Al-Basir (البصير) The Seer of All
29 Al-Hakam (الحكم) The Judge
30 Al-Adl (العدل) The Just
31 Al-Latif (اللطيف) The Subtle One
32 Al-Khabir (الخبير) The All-Aware
33 Al-Halim (الحليم) The Forebearing
34 Al-Azim (العظيم) The Magnificent
35 Al-Ghafur (الغفور) The Forgiver and Hider of Faults
36 Ash-Shakur (الشكور) The Rewarder of Thankfulness
37 Al-Ali (العلى) The Highest
38 Al-Kabir (الكبير) The Greatest
39 Al-Hafiz (الحفيظ) The Preserver
40 Al-Muqit (المقيت) The Nourisher
41 Al-Hasib (الحسيب) The Accounter
42 Al-Jalil (الجليل) The Mighty
43 Al-Karim (الكريم) The Generous
44 Ar-Raqib (الرقيب) The Watchful One
45 Al-Mujib (المجيب) The Responder to Prayer
46 Al-Wasi (الواسع) The All-Comprehending
47 Al-Hakim (الحكيم) The Perfectly Wise
48 Al-Wadud (الودود) The Loving One
49 Al-Majid (المجيد) The Majestic One
50 Al-Baith (الباعث) The Resurrector
51 Ash-Shahid (الشهيد) The Witness
52 Al-Haqq (الحق) The Truth
53 Al-Wakil (الوكيل) The Trustee
54 Al-Qawiyy (القوى) The Possessor of All Strength
55 Al-Matin (المتين) The Forceful One
56 Al-Waliyy (الولى) The Governor
57 Al-Hamid (الحميد) The Praised One
58 Al-Muhsi (المحصى) The Appraiser
59 Al-Mubdi (المبدئ) The Originator
60 Al-Muid (المعيد) The Restorer
61 Al-Muhyi (المحيى) The Giver of Life
62 Al-Mumit (المميت) The Taker of Life
63 Al-Hayy (الحي) The Ever Living One
64 Al-Qayyum (القيوم) The Self-Existing One
65 Al-Wajid (الواجد) The Finder
66 Al-Majid (الماجد) The Glorious
67 Al-Wahid (الواحد) The One, the All Inclusive, The Indivisible
68 As-Samad (الصمد) The Satisfier of All Needs
69 Al-Qadir (القادر) The All Powerful
70 Al-Muqtadir (المقتدر) The Creator of All Power
71 Al-Muqaddim (المقدم) The Expediter
72 Al-Muakhkhir (المؤخر) The Delayer
73 Al-Awwal (الأول) The First
74 Al-Akhir (الأخر) The Last
75 Az-Zahir (الظاهر) The Manifest One
76 Al-Batin (الباطن) The Hidden One
77 Al-Wali (الوالي) The Protecting Friend
78 Al-Mutaali (المتعالي) The Supreme One
79 Al-Barr (البر) The Doer of Good
80 At-Tawwab (التواب) The Guide to Repentance
81 Al-Muntaqim (المنتقم) The Avenger
82 Al-Afuww (العفو) The Forgiver
83 Ar-Rauf (الرؤوف) The Clement
84 Malik-al-Mulk (مالك الملك) The Owner of All
85 Dhu-al-Jalal wa-al-Ikram (ذو الجلال و الإكرام) The Lord of Majesty and Bounty
86 Al-Muqsit (المقسط) The Equitable One
87 Al-Jami (الجامع) The Gatherer
88 Al-Ghani (الغنى) The Rich One
89 Al-Mughni (المغنى) The Enricher
90 Al-Mani(المانع) The Preventer of Harm
91 Ad-Darr (الضار) The Creator of The Harmful
92 An-Nafi (النافع) The Creator of Good
93 An-Nur (النور) The Light
94 Al-Hadi (الهادي) The Guide
95 Al-Badi (البديع) The Originator
96 Al-Baqi (الباقي) The Everlasting One
97 Al-Warith (الوارث) The Inheritor of All
98 Ar-Rashid (الرشيد) The Righteous Teacher
99 As-Sabur (الصبور) The Patient One Only One), and He loves odd numbers (such as 99)' (read less)



Sabtu, 10 Mei 2008

Pengertian Agama

Agama atau bahasa arabnya ad-Din berasal dari asal kata da ya na. Dalam kamus arab traditioanal ia memberikan banyak arti, dari berbagai makna dayana ada 4 pengertian yang mempunyai kaitan dengan agama menurut persepsi Islam:
1. Dain/ qardh bermakna hutang. Dalam hal ini ia berkaitan rapat dengan kewujudan manusia yang merupakan suatu hutang yang perlu dibayar(lihat surah al-Baqarah:245), manusia yang berasal dari tiada kemudian dicipta dan dihidupkan lalu diberi berbagai nikmat yang tak terhingga (wain tauddu). Sebagai peminjam kita sebenarnya tidak memiliki apa-apa, akan tetapi Pemilik sebenar adalah Allah S.W.T manusia hanyalah diamanahkan untuk dipergunakan dalam ibadah. Oleh kerana tidak memiliki apa-apa, manusia tidak dapat membayar hutangnya maka satu-satunya jalan untuk membalas budi adalah dengan beribadah, dan menjadi hamba Allah yang mana adalah tujuan daripada penciptaan manusia(al-Dhariyat:56).

2. Maddana juga berasal dari kata dana, dari kata ini lahirlah istilah madinah dan madani, maddana yang bermakna membangun dan bertamaddun, oleh itu madinah dan madani hanya boleh digunakan untuk masyarakat yang beragama dan bukan sekular. Dari pengertian ini juga kita lihat ianya berhubung kait dengan konsep khilafah dimana manusia telah diamanahkan oleh Allah sebagai khalifahNya di muka bumi untuk memakmurkan bumi dan membangun tamadun yang sesuai dengan keinginan Allah(al-Qasas:5, al-Nur:55).
3. Perkataan dana juga mempunyai arti kerajaan (judicious power). Konsep ini sangat berkaitan dengan tauhid uluhiyyah yang merupakan perkara paling penting dalam aqidah Muslim. Seseorang itu tidak diterima imannya dengan hanya percaya kepada Allah sebagai Rabb akan tetapi ia hendaklah iman kepada Allah sebagai Ilah. Ini bermakna Allah adalah satu-satunya tuhan yang disembah, ditaati, dialah penguasa dan Raja. Tauhid uluhiyyah ini yang membezakan musyrikin dengan mu’minin. Dari sinilah lahirnya Istilah al-hakimiyyah dimana seoarang muslim harus menerima Syari’at Allah dan tidak boleh tunduk kepada undang-undang buatan manusia. Kerana Allah Yang maha bijaksana dan maha mengetahui telah menetapkan hukum syari’ah yang sesuai untuk manusia untuk ditegakkan dan dipatuhi(Yusuf:40,al-Nisa’:65).
4. Pengertian yang lain ialah kecendrungan (inclination). Sudah menjadi fitrah manusia diciptakan mempunyai kecendrungan untuk percaya kepada perkara yang supernatural, percaya adanya tuhan yang mengatur alam semesta dan kuasa ghaib disebalik apa yang dicerna oleh indera manusia. Inilah yang dinamakan dienul fitrah (al-Zukhruf:9, al-Rum:30) Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia dan seorang bayi itu lahir sebagai seorang Muslim.

Tuhanku Yang Tersembunyi

Kita terkadang sering menempatkan Allah pada posisi yang kita mau, pada saat kita sedang susah kita sering memanggil Allah "ya Rahmaaan ....", "Yaa Rahiiimm..." , pada saat kita merasa berdosa kita sering memanggil Allah " Yaa goffar.....", " Ya Goffur", pada saat marah kita memanggil Allah " Allahu Akbar !!!!" terus saja seperti itu tanpa kita mau perduli apa sih sebenarnya maunya Allah pada diri kita. Apakah kita bertindak dulu baru berharap kita mendapat ridho Allah atau kita cari tau dulu sesuatu yang akan kita lakukan mendapat ridho atau tidak baru setelah itu bertindak, susah memang untuk diterangkan karena selama ini kita selalu bermain dengan prasangka-prasangka. Ketika kita menemukan orang lain menempatkan Allah pada posisi yang berbeda dengan kita, kita merasa aneh seolah-olah posisi kitalah yang paling benar padahal Allah mempunyai lebih dari 99 nama , artinya akan lebih dari 99 cara orang akan memposisi Allah secara berbeda pula walaupun tuhan yang diseru tetaplah satu, lalu apanya yang salah ?

Allah Subhanahu wa Ta'ala sering kita buat tersembunyi dibalik perasaan kita yang notabane nya perasaan minor (sedih, marah kesal, putus asa) dan mungkin kita sering lupa ketika sedang dalam perasaan bahagia, gembira atau sedang bercanda dengan teman, sedang tertawa dengan relasi. Jadi salahkah Allah jika Dia ingin dingat dengan membuat kita sakit, menghadirkan kita bencana dan sebagainya ?

Kita terkadang sering menempatkan Allah pada posisi yang kita mau, pada saat kita sedang susah kita sering memanggil Allah "ya Rahmaaan ....", "Yaa Rahiiimm..." , pada saat kita merasa berdosa kita sering memanggil Allah " Yaa goffar.....", " Ya Goffur", pada saat marah kita memanggil Allah " Allahu Akbar !!!!" terus saja seperti itu tanpa kita mau perduli apa sih sebenarnya maunya Allah pada diri kita. Apakah kita bertindak dulu baru berharap kita mendapat ridho Allah atau kita cari tau dulu sesuatu yang akan kita lakukan mendapat ridho atau tidak baru setelah itu bertindak, susah memang untuk diterangkan karena selama ini kita selalu bermain dengan prasangka-prasangka. Ketika kita menemukan orang lain menempatkan Allah pada posisi yang berbeda dengan kita, kita merasa aneh seolah-olah posisi kitalah yang paling benar padahal Allah mempunyai lebih dari 99 nama , artinya akan lebih dari 99 cara orang akan memposisi Allah secara berbeda pula walaupun tuhan yang diseru tetaplah satu, lalu apanya yang salah ?

Allah Subhanahu wa Ta'ala sering kita buat tersembunyi dibalik perasaan kita yang notabane nya perasaan minor (sedih, marah kesal, putus asa) dan mungkin kita sering lupa ketika sedang dalam perasaan bahagia, gembira atau sedang bercanda dengan teman, sedang tertawa dengan relasi. Jadi salahkah Allah jika Dia ingin dingat dengan membuat kita sakit, menghadirkan kita bencana dan sebagainya ?

Sabtu, 01 Maret 2008

Gempa Ruhaniah

Berita gempa bumi akhir-akhir ini banyak mewarnai situs-situs berita dan surat kabar lokal maupun nasional. Beberapa hari yang lalu pun Indonesia kembali dikejutkan oleh terjadinya gempa bumi yang getarannya dirasakan dalam wilayah yang cukup luas di negeri ini. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Lembang melaporkan pusat gempa terjadi di lepas pantai Laut Jawa dengan kekuatan 7,3 skala Richter (SR) sekitar pukul 00.03 WIB hari Kamis (9 Agustus 2007). Pusat gempa terletak di 75 kilometer Barat Laut Indramayu dengan kedalaman mencapai 200 kilometer dari bawah laut. Sedangkan data sementara dari Pusat Riset Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebutkan gempa yang berpusat di Jawa Barat tersebut berkekuatan 7,5 SR dan terjadi pada Kamis pukul 00.04.58 WIB.

Gempa tersebut terjadi pada lokasi 5,9 derajat Lintang Selatan dan 107,7 derajat Bujur Timur atau sekitar Jawa Barat. Pusat gempa berjarak 110 kilometer dari Jakarta, 115 kilometer dari Bandung, 130 kilometer dari Cirebon, dan 150 kilometer dari Sukabumi Selain dirasakan di semua wilayah di Pulau Jawa, getaran gempa juga dirasakan di Pulau Bali, Lampung dan Bengkulu, bahkan hingga Malaysia.
Berbagai tanggapan bermunculan terutama dari para ilmuwan yang diantaranya menjelaskan bahwa selama bumi masih berputar, lempeng bumi memang masih terus bergeser. Gempa 7 SR di Indramayu, Jawa Barat itu disebabkan adanya aktivitas lempeng Indoaustralia dan Eurasia. Aktivitas kedua lempeng tersebut menyusup di bawah Pulau Jawa. Hal ini pula yang menyebabkan getaran gempa terasa meluas, hingga ke Sumatera dan Bali.
Pada dasarnya tidak ada seorang pun yang menginginkan terjadinya bencana, karena datangnya bencana akan menyusahkan hidup manusia. Akan tetapi, setiap hari terjadi bencana-bencana seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, kecelakaan lalu lintas baik di darat, laut maupun udara, kecelakaan kerja di pabrik-pabrik hingga kecelakaan kecil berupa terantuk batu atau terpeleset ketika sedang berjalan. Berbagai upaya telah dilakukan manusia agar mereka dapat menghindarkan diri dari tertimpa bencana di mana saja itu mungkin terjadi, akan tetapi tetap saja mereka tidak dapat benar-benar menghindarinya. Bencana tetap saja terjadi hari demi hari. Begitulah bencana yang bersifat lahiriah atau fisik, dia tak dapat dielakkan, senantiasa terjadi setiap hari, akan tetapi justru bencana lahiriah inilah yang paling banyak ditakuti dan dikhawatirkan manusia.
Sebenarnya ada jenis bencana lain yang lebih dahsyat yaitu bencana yang bersifat rohaniah. Bencana rohaniah inilah yang sebenarnya menyebabkan terjadinya berbagai bencana yang bersifat lahiriah.
Seorang ulama salaf berkata:
"Setiap kali seorang hamba berbuat dosa, bumi tempat ia berdiri meminta keizinan Tuhan untuk membenamkannya dan langit yang ada di atas kepalanya memohon izin untuk gugur menimpanya."
Tetapi Tuhan berfirman pada langit dan bumi itu,
"Tahanlah bahaya untuk hamba-Ku itu dan beri dia waktu. Mungkin dia bertaubat pada-Ku lalu Aku ampunkan dan mungkin saja dia menggantikan kerja buruknya dengan amalan yang baik lalu Aku gantikan dosanya dengan pahala." Itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah: “Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi dari terjatuh dan kalau keduanya terjatuh tiada seorang pun yang akan bisa menahan selain Dia”. (Faathir : 41)
Kalau bencana demi bencana terjadi silih berganti seperti yang sedang kita alami saat ini, maka kita khawatir kita sebenarnya sudah menjadi umat yang sudah tidak lagi merasa takut untuk berbuat dosa. Tidak takut berbuat dosa artinya tidak kenal, tidak cinta dan tidak takut pada Tuhan. Inilah sebenarnya bencana yang paling berbahaya, karena bencana rohaniah seperti ini bukan saja akan menyebabkan datangnya ekspresi kemarahan Tuhan berupa berbagai bencana lahiriah seperti gempa bumi, tsunami, puting-beliung, gunung meletus dan banjir, akan tetapi ujungnya akan berakibat amat pedih, yaitu dilemparkannya manusia ke dalam api Neraka.
Walaupun bencana rohaniah ini bencana yang paling berbahaya akan tetapi, tidak seperti bencana lahiriah yang sulit dielakkan, dia dapat diupayakan untuk dihindari, yakni dengan memperbanyak usaha untuk mendekatkan diri kita kepada Tuhan, hingga kita menjadi hamba yang kenal, cinta dan takut pada-Nya.
Tapi malanglah manusia hari ini, yang lebih banyak mengkhawatirkan tentang bencana-bencana lahiriah akan tetapi hampir tidak pernah mengkhawatirkan bencana-bencana rohaniah yang selalu menimpanya setiap saat, dan samasekali tidak menganggap penting usaha-usaha untuk menghindari bencana-bencana rohaniah tersebut. Yang banyak dilakukan selepas terjadinya bencana alam seperti gempa adalah menganalisa mekanisme terjadinya gempa. Padahal terjadinya gempa adalah murni kehendak Tuhan karena kemurkaan-Nya kepada manusia. Dan kalau Tuhan sudah berkehendak atas terjadinya gempa bumi, maka tentu Tuhan menjadikan sebab-sebab lahiriah yang akan berujung pada terjadinya gempa tersebut, misalnya berupa aktivitas lempeng Indoaustralia dan Eurasia pada kasus gempa yang baru saja terjadi itu.
Malangnya, manusia saat ini hanya disibukkan dalam menganalisa sebab-sebab lahiriah tersebut yang sebenarnya samasekali tidak penting dan tidak menolong untuk bisa menghindari terjadinya bencana serupa di masa yang akan datang. Perilaku hasad dengki, iri hati, sombong, kikir, tamak, gila hormat, menindas, menghina, memfitnah, dan yang lebih berbahaya lagi adalah tidak kenal Tuhan, tidak cinta Tuhan hingga mensia-siakan segala nikmat dan anugerah yang telah Dia berikan pada kita, bahkan menggunakan nikmat dan anugerah tersebut untuk bermaksiat pada-Nya adalah contoh-contoh bencana rohaniah yang terjadi sehari-hari. Juga sikap tidak takut pada Tuhan, hingga merasa ringan akan dosa dan tidak merasa berdosa ketika bermaksiat serta durhaka pada-Nya.
Akibat dari bencana rohaniah yang menimpa individu-individu dalam masyarakat adalah terjadinya huru-hara dalam masyarakat tersebut, dimana semua pihak saling melakukan kezaliman hingga sulit ditelusuri lagi ujung pangkalnya. Maka hilanglah kedamaian dan kasih sayang diantara manusia, dan terjadilah tindas-menindas dan makan-memakan diantara sesama manusia. Dan kemudian sebagai akibat dari perilaku tersebut, terjadilah bencana lahiriah dimana-mana setiap hari. Manusia pun takut, cemas dan khawatir menghadapi bencana-bencana lahiriah ini. Maka sangat malang jika manusia kemudian hanya menyibukkan akal mereka untuk berusaha menangkal, memprediksi, dan meminimalisir terjadinya bencana-bencana lahiriah ini tanpa menyebut-nyebut adanya kuasa Tuhan dibalik peristiwa itu. Sangat malang jika setelah terjadinya bencana-bencana lahiriah itu, kita belum lagi mulai berusaha sungguh-sungguh untuk menghindari terjadinya bencana-bencana rohaniah pada diri kita sendiri, yang mana sebenarnya disitulah letak solusi yang sesungguhnya.

Kamis, 17 Januari 2008

Kecerdasan Ruhaniah ( Transcedental Intelligence )

Ini dia buku pavoritku. Buku karya K.H. Toto Tasmara seorang dai yang sufistik ini dimaksudkan sebagai bahan pembanding atas pemikiran barat tentang kecerdasan spiritual yang bersifat rasional, sekuler, materialistik.

Banyak buku yang berkaitan dengan kecerdasan, baik itu berlabel Intelligence Quotient (IQ), Emotional Intelligence (SQ), ataupun Spiritual Intelligence (SQ). Hanya sayangnya buku-buku tersebut banyak yang dipelopori oleh para penulis barat yang bersifat sekuler dan ditulis dengan pendekatan rasional. Bagi mereka, pemikiran tentang agama, keyakinan adanya surga dan neraka ataupun kehidupan akhirat dianggap sebagai sesuatu yang tidak empiris, diluar otoritas pemikiran ilmiah, dan hanya sebuah ilusi belaka. Bahkan, dengan lantang mereka berkata religion is a poision ‘agama itu racun’!
Karenanya untuk membedakan dengan barat tentang makna spriritual, K.H. Toto Tasmara memakai istilah kecerdasan ruhaniah atau trancendental intelligence (TQ) sebagai upaya untuk menggali pesan-pesan Qur’an dan hadist yang justru kita yakini sebagai sumber pemikiran yang bersifat universal dan sebagai the way of life.
Dari sudut pandang kita sebagai seorang muslim, kecerdasan ruhaniah adalah kecerdasan yang berpusatkan pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah Rabbul ‘Alamin dan seluruh ciptaannya.
Jadi, sangat bermanfaat bila saja bisa meluangkan waktu untuk membaca buku ini. 300 halaman, tebel juga ya, tapi…asyik kok. Yakin deh!

Selasa, 15 Januari 2008

Renungan 1 Muharram

“Demi masa, secara default manusia itu merugi, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. (QS: Al-Ashr”
Tanpa hingar bingar liputan media dan tanpa sambutan pesta diskon supermarket, umat Islam merayakan Tahun Baru 1 Muharram. Sekedar meningatkan saja, sepertinya banyak yang tidak sadar soalnya.

Hijrah
Dalam agama Islam, digunakan istilah tahun Hijriyah, yang diawali dengan migrasi Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya dari Makkah ke Madinah. Suatu proses yang tidak mudah untuk dilakukan waktu itu. Suatu proses migrasi yang panjang, berat, dan melelahkan.
Hikmah yang diajarkan adalah bahwa manusia perlu berhijrah, bermigrasi untuk menjadi lebih baik. Berpindah dari Jogja ke Jakarta, atau dari Jakarta ke Bali termasuk hijrah. Berpindah kerja termasuk hijrah. Bahkan jika ada orang melakukan migrasi dari Wordpress ke TextPattern misalnya, itu sudah termasuk hijrah. Begitu menurutku.
Merugi?
Setiap tahun baru tiba, aku selalu merasa menjadi orang yang merugi. Saat SMA aku sering Shalat Dhuha dan shalat malam, berlanjut hingga tingkat awal kuliah. Selalu terbangun saat adzan subuh, karena itu berarti waktunya pergi ke masjid. Tidak seperti sekarang yang tidak pernah mendengar lagi suara adzan shubuh. Kalaupun berkesempatan mendengar, itu adalah sebagai panggilan untuk tidur.
Walaupun tidak setiap hari, aku dulu selalu membaca alQur’an sehingga kitab lusuh itu selalu dalam posisi yang strategis untuk dijangkau tangan. Saat ini, Qur’anku berada tersembunyi dibelakang buku Winnetou (Karl May), majalah-majalah fotografi, Buku-buku Alm. Umar Kayam, Emha Ainun Najib, La-Tahzan, ESQ, Risalah Nabawiyah (yang tidak pernah kubaca), Virus Akal Budi, dan buku-buku teknik hasil fotokopian. Duh, bulan ini kapan terakhir kali aku buka Qur’an yah?
Default hanya untuk pemula
Sepertinya, inilah momen yang tepat jika ingin mengubah seting default yang terpasang. Inilah saat yang tepat untuk membuat daftar hijrah apa yang ingin harus dilakukan tahun ini.
Tapi seperti tahun kemarin, dan tahun kemarinnya lagi. Aku terlalu penakut untuk membuat sebuah resolusi yang bemutu. Beberapa yang perlu segera adalah aku harus rajin membaca qur’an lagi, memperbaiki ‘catatan’ waktu sholat. Bekerja lebih fokus dan mengurangi nge-junk (walau sekarang memang sudah jauh berkurang) merupakan hal penting. Sementara berupaya posting tulisan yang bagus di blog sepertinya terlalu muluk-muluk.
Yang jelas, aku harus semakin sayang dan perhatian ke keluarga, dan padamu cintaku.