Ruh berasal dari alam arwah dan memerintah dan menggunakan jasad sebagai alatnya. Sedangkan jasad berasal dari alam ciptaan, yang dijadikan dari unsur materi. Tetapi para ahli sufi membedakan ruh dan jiwa. Ruh berasal dari tabiat Ilahi dan cenderung kembali ke asal semula.

Sabtu, 01 Maret 2008

Gempa Ruhaniah

Tidak ada komentar
Berita gempa bumi akhir-akhir ini banyak mewarnai situs-situs berita dan surat kabar lokal maupun nasional. Beberapa hari yang lalu pun Indonesia kembali dikejutkan oleh terjadinya gempa bumi yang getarannya dirasakan dalam wilayah yang cukup luas di negeri ini. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Lembang melaporkan pusat gempa terjadi di lepas pantai Laut Jawa dengan kekuatan 7,3 skala Richter (SR) sekitar pukul 00.03 WIB hari Kamis (9 Agustus 2007). Pusat gempa terletak di 75 kilometer Barat Laut Indramayu dengan kedalaman mencapai 200 kilometer dari bawah laut. Sedangkan data sementara dari Pusat Riset Geologi Amerika Serikat (USGS) menyebutkan gempa yang berpusat di Jawa Barat tersebut berkekuatan 7,5 SR dan terjadi pada Kamis pukul 00.04.58 WIB.

Gempa tersebut terjadi pada lokasi 5,9 derajat Lintang Selatan dan 107,7 derajat Bujur Timur atau sekitar Jawa Barat. Pusat gempa berjarak 110 kilometer dari Jakarta, 115 kilometer dari Bandung, 130 kilometer dari Cirebon, dan 150 kilometer dari Sukabumi Selain dirasakan di semua wilayah di Pulau Jawa, getaran gempa juga dirasakan di Pulau Bali, Lampung dan Bengkulu, bahkan hingga Malaysia.
Berbagai tanggapan bermunculan terutama dari para ilmuwan yang diantaranya menjelaskan bahwa selama bumi masih berputar, lempeng bumi memang masih terus bergeser. Gempa 7 SR di Indramayu, Jawa Barat itu disebabkan adanya aktivitas lempeng Indoaustralia dan Eurasia. Aktivitas kedua lempeng tersebut menyusup di bawah Pulau Jawa. Hal ini pula yang menyebabkan getaran gempa terasa meluas, hingga ke Sumatera dan Bali.
Pada dasarnya tidak ada seorang pun yang menginginkan terjadinya bencana, karena datangnya bencana akan menyusahkan hidup manusia. Akan tetapi, setiap hari terjadi bencana-bencana seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, kecelakaan lalu lintas baik di darat, laut maupun udara, kecelakaan kerja di pabrik-pabrik hingga kecelakaan kecil berupa terantuk batu atau terpeleset ketika sedang berjalan. Berbagai upaya telah dilakukan manusia agar mereka dapat menghindarkan diri dari tertimpa bencana di mana saja itu mungkin terjadi, akan tetapi tetap saja mereka tidak dapat benar-benar menghindarinya. Bencana tetap saja terjadi hari demi hari. Begitulah bencana yang bersifat lahiriah atau fisik, dia tak dapat dielakkan, senantiasa terjadi setiap hari, akan tetapi justru bencana lahiriah inilah yang paling banyak ditakuti dan dikhawatirkan manusia.
Sebenarnya ada jenis bencana lain yang lebih dahsyat yaitu bencana yang bersifat rohaniah. Bencana rohaniah inilah yang sebenarnya menyebabkan terjadinya berbagai bencana yang bersifat lahiriah.
Seorang ulama salaf berkata:
"Setiap kali seorang hamba berbuat dosa, bumi tempat ia berdiri meminta keizinan Tuhan untuk membenamkannya dan langit yang ada di atas kepalanya memohon izin untuk gugur menimpanya."
Tetapi Tuhan berfirman pada langit dan bumi itu,
"Tahanlah bahaya untuk hamba-Ku itu dan beri dia waktu. Mungkin dia bertaubat pada-Ku lalu Aku ampunkan dan mungkin saja dia menggantikan kerja buruknya dengan amalan yang baik lalu Aku gantikan dosanya dengan pahala." Itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah: “Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi dari terjatuh dan kalau keduanya terjatuh tiada seorang pun yang akan bisa menahan selain Dia”. (Faathir : 41)
Kalau bencana demi bencana terjadi silih berganti seperti yang sedang kita alami saat ini, maka kita khawatir kita sebenarnya sudah menjadi umat yang sudah tidak lagi merasa takut untuk berbuat dosa. Tidak takut berbuat dosa artinya tidak kenal, tidak cinta dan tidak takut pada Tuhan. Inilah sebenarnya bencana yang paling berbahaya, karena bencana rohaniah seperti ini bukan saja akan menyebabkan datangnya ekspresi kemarahan Tuhan berupa berbagai bencana lahiriah seperti gempa bumi, tsunami, puting-beliung, gunung meletus dan banjir, akan tetapi ujungnya akan berakibat amat pedih, yaitu dilemparkannya manusia ke dalam api Neraka.
Walaupun bencana rohaniah ini bencana yang paling berbahaya akan tetapi, tidak seperti bencana lahiriah yang sulit dielakkan, dia dapat diupayakan untuk dihindari, yakni dengan memperbanyak usaha untuk mendekatkan diri kita kepada Tuhan, hingga kita menjadi hamba yang kenal, cinta dan takut pada-Nya.
Tapi malanglah manusia hari ini, yang lebih banyak mengkhawatirkan tentang bencana-bencana lahiriah akan tetapi hampir tidak pernah mengkhawatirkan bencana-bencana rohaniah yang selalu menimpanya setiap saat, dan samasekali tidak menganggap penting usaha-usaha untuk menghindari bencana-bencana rohaniah tersebut. Yang banyak dilakukan selepas terjadinya bencana alam seperti gempa adalah menganalisa mekanisme terjadinya gempa. Padahal terjadinya gempa adalah murni kehendak Tuhan karena kemurkaan-Nya kepada manusia. Dan kalau Tuhan sudah berkehendak atas terjadinya gempa bumi, maka tentu Tuhan menjadikan sebab-sebab lahiriah yang akan berujung pada terjadinya gempa tersebut, misalnya berupa aktivitas lempeng Indoaustralia dan Eurasia pada kasus gempa yang baru saja terjadi itu.
Malangnya, manusia saat ini hanya disibukkan dalam menganalisa sebab-sebab lahiriah tersebut yang sebenarnya samasekali tidak penting dan tidak menolong untuk bisa menghindari terjadinya bencana serupa di masa yang akan datang. Perilaku hasad dengki, iri hati, sombong, kikir, tamak, gila hormat, menindas, menghina, memfitnah, dan yang lebih berbahaya lagi adalah tidak kenal Tuhan, tidak cinta Tuhan hingga mensia-siakan segala nikmat dan anugerah yang telah Dia berikan pada kita, bahkan menggunakan nikmat dan anugerah tersebut untuk bermaksiat pada-Nya adalah contoh-contoh bencana rohaniah yang terjadi sehari-hari. Juga sikap tidak takut pada Tuhan, hingga merasa ringan akan dosa dan tidak merasa berdosa ketika bermaksiat serta durhaka pada-Nya.
Akibat dari bencana rohaniah yang menimpa individu-individu dalam masyarakat adalah terjadinya huru-hara dalam masyarakat tersebut, dimana semua pihak saling melakukan kezaliman hingga sulit ditelusuri lagi ujung pangkalnya. Maka hilanglah kedamaian dan kasih sayang diantara manusia, dan terjadilah tindas-menindas dan makan-memakan diantara sesama manusia. Dan kemudian sebagai akibat dari perilaku tersebut, terjadilah bencana lahiriah dimana-mana setiap hari. Manusia pun takut, cemas dan khawatir menghadapi bencana-bencana lahiriah ini. Maka sangat malang jika manusia kemudian hanya menyibukkan akal mereka untuk berusaha menangkal, memprediksi, dan meminimalisir terjadinya bencana-bencana lahiriah ini tanpa menyebut-nyebut adanya kuasa Tuhan dibalik peristiwa itu. Sangat malang jika setelah terjadinya bencana-bencana lahiriah itu, kita belum lagi mulai berusaha sungguh-sungguh untuk menghindari terjadinya bencana-bencana rohaniah pada diri kita sendiri, yang mana sebenarnya disitulah letak solusi yang sesungguhnya.

Tidak ada komentar :