Ruh berasal dari alam arwah dan memerintah dan menggunakan jasad sebagai alatnya. Sedangkan jasad berasal dari alam ciptaan, yang dijadikan dari unsur materi. Tetapi para ahli sufi membedakan ruh dan jiwa. Ruh berasal dari tabiat Ilahi dan cenderung kembali ke asal semula.

Rabu, 12 Desember 2007

SHAUM: Madrasah Ruhaniah

Tidak ada komentar
Manusia adalah makhluk jasmaniah dan ruhaniah sekaligus. Karena itu, dalam dirinya ada potensi untuk berhubungan dengan dunia material dan dunia spiritual. Manusia adalah "radio dua band" yang mampu menangkap hukum-hukum alam di balik gejala-gejala fisik yang diamatinya, tetapi ia juga mampu menyadap isyarat-isyarat gaib dari alam yang lebih luas lagi. Bila satu potensi dikembangkan luar biasa sedangkan potensi lain di matikan, manusia menjadi makhluk yang bermata satu.

Seorang pejabat akan melihat kumpulan rakyat kecil sebagai angka yang dapat dikalikan dengan satuan biaya dan menghasilkan proyek milyaran rupiah. Tetapi ia tidak mampu memandang butir-butir air mata kepedihan di balik mata-mata yang cekung dan ungkapan kemiskinan di sela-sela tulang rusuk yang mencuat. Seorang sarjana akan mampu melihat keteraturan di alam semesata, tetapi tidak mampu menyimak sang Pencipta di balik semua ketentuan itu.

Kebahagiaan, ketentraman, keindahan, kesucian, keadilan, keharuan adalah gejala-gejala ruhaniah. Gejala-gejala ini tidak bisa dimiliki bila potensi ruhaniah dimatikan.

"Anda tidak bisa menyelamatkan dunia hanya dengan sebuah sistem". Ujar Thomas Merton, penulis "Mysticsm in the Nuclear Age." Kita memerlukan orang-orang suci yang dengan sinar ruhaninya memancarkan kasih sayang dan menerangi kegelapan.

Manusia suci dalam Islam disebut manusia takwa. Manusia takwa adalah wali-wali Allah yang semula mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia (QS. Al-An'am:122)

Untuk memperoleh cahaya yang terang diperlukan upaya. Sebagaimana diperlukan sekolah untuk mendidik manusia-manusia intelektual, maka diperlukan pula madrasah ruhaniah untuk menghasilkan manusia-manusia takwa. Madrasah ruhaniah ini adalah Shaum (puasa).

Ikhlas.
Ikhlas berarti beramal semata-mata karena mengharap keridhaan Allah. Shaum adalah latihan ikhlas, sebab shaum tidak kelihatan orang. Kelelahan fisik, kelesuan, mata yang cekung, bibir yang kering bukan menunjukkan shaum saja. Shaum hanya bisa dijalankan dengan ikhlas. Karnea itu orang melakukan puasa tidak karena mengharap pujian manusia, tidak karena mendambakan kekayaan, tidak pula ditujukan untuk mempertahankan kedudukan. Dalam puasa orang dididik bahwa keridhaan Allah lebih besar dari pada dunia dengan segala isinya. Ikhlas menunjukkan sucinya niat, bersihnya tujuan amal, dan lepasnya manusia dari perbudakan dunia. Karena itu, bila puasanya berhasil manusia tidak lagi mempertahankan kekuasaan bila kekuasaan itu menghalanginya untuk mencapai ridha Allah; ia tidak lagi bersikeras mempertahankan kekuasaan bila kekuasaan itu menghalanginya untuk mencapai ridha Allah; ia tidak lagi bersikeras mempertahankan harga diri bila harga diri itu malah menjatuhkan dia dari rahman rahim Allah.

Pembersihan Diri
Dalam puasa seorang Muslim di didik untuk menghindari segala perbuatan yang tercela. Ia mengendalikan lidahnya supaya tidak mengeluarkan kata keji, kata yang tajam dan menyinggung orang lain, atau menggunjingkan orang lain. Bahkan bila dicemoohkan orang sekalipun, Rasulullah menyuruhnya untuk menjawab sederhana. "Inni Shaim" (aku sedang berpuasa). Ia mengendalikan telinganya, pandangannya, seluruh anggota badannya, bahkan getaran hatinya. Takwa tidak akan dicapai tanpa proses pembersihan diri. Cahaya ruhaniah tidak akan mampu menembus hati yang dipenuhi dosa dan maksiat. nur rabbani tidak akan terpantul dari jiwa yang kotor.

Ihsan dan Ibadah
Dalam puasa, seseorang Muslim diajar untuk membiasakan berbuat baik. Berbuat baik kepada makhluk Allah dan berbuat baik dalam menyebah Allah. dibiasakannya memperbanyak sedekah, menolong orang lain, menggembrikan yang susah, dan meringankan beban yang berat. Pada saat yang sama digerakkannya bibir dan lidahnya untuk berzikir dan membaca al-Qur'an, ditegakkannya kakinya untuk shalat malam, dipenuhinya waktu sahur dengan istighfar. Matanya sayu karena kurang tidur, Bibirnya kering karena menahan lapar dan dahaga. Tubuhnya lembah karena kehabisan energi. Tetapi pandangan kalbunya cemerlang dengan sinar rabbani.

Andaikan empat pelajaran shaum ini dilanjutkan oleh kaum Muslim, dunia tidak akan kehabisan orang-orang suci, Keempat kualitas ini akan sanggup memberikan keharuan imani pada kegersangan intelektual, timbangan keadilan pada kepongahan kekuasaan, kelembutan kasih sayang pada kekasaran kekayaan, keutuhan insani pada kemanusiaan yang bercacat.
Sumber : Buletin Jum'at PPIB, oleh: Jalaluddin Rakhmat, 2006

Tidak ada komentar :